Jumat, 11 Maret 2011

Dawai yang Menjaring Senyap

tiap sayup yang terdengar iris-iris mengena 
pada pucatnya nada yang hampa jadi sumbang 
kata yang memanjang di jilid-jilid lama 
tercetak pada bibirmu yang kalam   

Yogyakarta, 7 Maret 2011


Aku meminjam metafor dari "Biola Tak Berdawai". Tentang manusia-manusia tuna daksa yang tak punya dawai untuk menyuarakan lantunan isi hatinya. Tapi puisi ini bukan tentang mereka. Ini tentang manusia-manusia nirtuna. Tentang biola berdawai. Entah suara seperti apa yang dihasilkan biola-biola itu.

Serpih Janji dalam Galaksi


Kita pernah coba menenun jarum jam untuk membendung waktu. Namun kita hanya serpih-serpih rentetan janji yang membaur dalam galaksi. Kita pernah mengikat diri satu sama lain dengan jaring pintalan akar-akar kelam agar takdir kita terpilin sejajar. Namun hembusan nafas Tuhan menguraikannya hingga terkulai dalam ketiadaan.


Kita dicipta sebagai layang-layang yang diterpa hembusan takdir-Nya. Dan bila senar-senar kita masih panjang, bolehkah aku mengaitnya agar tetap bersinggungan dalam satu untaian takdir yang kata Tuhan sebagian boleh untuk kita? Karena aku takkan rela untuk hanya menjadi setitik noktah yang menguning dalam manuskrip masa lalumu. Jika tidak, biar kuurai sendiri ikatan dadung di kakimu agar bisa kau kayuh perahu impianmu. Lalu kuhanyutkan doa ini bersama alirannya hingga bermuara pada masa depanmu.

Waktu ini telah menjadi milikmu, karena kita hampir usai. Dan aku tahu meski mata yang berkaca-kaca ini takkan membuat kita terkunci di tengah derasnya arus waktu, namun bolehkah setetes air mata ini untukmu, sahabatku?


Sukoharjo, Februari 2009


Puisi yang kubuat semasa kelas tiga SMA. Puisi yang paling mencurahkan emosi yang pernah kubuat. Kutulis saat pelajaran masih berlangsung. Entah pelajaran apa, aku lupa. Aku akui, aku memang bukan siswa teladan yang patut dicontoh. Apalagi semester akhir di sekolah, aku sudah jenuh memerhatikan papan tulis. Buku catatan cuma berisi gambar dan coretan tak jelas. Wajar kalau teman sebangkuku jengkel dengan sikap seenakku. Tapi jadi sedikit bandel, rasanya enak juga.



Meteor Shower

I can finally see
That you're right there beside me


I am not my own
For I have been made new
Please don't let me go
I desperately need you



Pasti ada yang tahu penggalan lagu itu. "Meteor Shower" by Owl City. Bagi yang belum pernah mendengarnya, kau tidak tau apa yang telah kau lewatkan.
Sedangkan aku, menunggu seseorang untuk mendengarkan lagu ini bersama. Di atas atap sambil memandang hujan meteor. Yah, kalau tidak memungkinkan nonton secara live, nonton screensavernya juga tak masalah.

Lalu apa pentingnya lagu itu? Mungkin buat yang baca, tidak penting sama sekali. Tapi, aku sedang suka mendengarkannya. Itu saja. Selain itu, aku butuh sesuatu untuk mengawali blogku kan? Namanya juga blog pribadi, isinya ocehan-ocehan tak penting.

Ngomong-ngomong tentang blog, blog ini tak sepenuhnya berisi kebenaran. jadi aku ingatkan dari awal. blog ini terdiri dari 90% kenyataan, 10% dramatisasi, dan 5% kebohongan. Total, 105%. Sudah kubilang kan, jangan terlalu percaya.