Jumat, 11 Maret 2011

Dawai yang Menjaring Senyap

tiap sayup yang terdengar iris-iris mengena 
pada pucatnya nada yang hampa jadi sumbang 
kata yang memanjang di jilid-jilid lama 
tercetak pada bibirmu yang kalam   

Yogyakarta, 7 Maret 2011


Aku meminjam metafor dari "Biola Tak Berdawai". Tentang manusia-manusia tuna daksa yang tak punya dawai untuk menyuarakan lantunan isi hatinya. Tapi puisi ini bukan tentang mereka. Ini tentang manusia-manusia nirtuna. Tentang biola berdawai. Entah suara seperti apa yang dihasilkan biola-biola itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar